Ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terlibat dalam penemuan tersebut. Beserta ilmuwan dari Indonesia, turut serta Lynn S Kimsey dari University of California, Davis, Amerika Serikat, serta Michael Ohl dari Museum fur Naturkunde, Jerman.
Megalara garuda memiliki ciri khas berupa rahang yang begitu besar, lebih panjang dari kaki depannya. Ilmuwan menduga rahang besar itu berperan dalam pertahanan dari predator dan reproduksi. Karena rahang besar inilah, Megalara garuda disebut tawon monster.
Nama genus Megalara diambil dari kata "Mega" yang berarti besar dan "Dalara" yang merupakan genus lain dengan ciri paling mirip. Tawon penggali ini dikategorikan dalam genus berbeda sebab ciri-cirinya tak masuk dalam genus Dalara.
Megalara memiliki keunikan berupa ruang malar atau area antara mata hingga rahang bawah yang besar. Pada genus lain, malar sempit bahkan kadang malah tidak ada. Ciri khas lain adalah adanya rambut halus dan pendek berwarna hitam.
Penamaan spesies dengan lambang negara Indonesia sendiri sudah direncanakan sejak penemuan tawon monster. Akhirnya, nama garuda yang dimaknai sebagai raja burung dalam mitologi Hindu benar-benar diberikan. Megalara garuda menjadi "raja tawon" yang nyata.
Megalara garuda berukuran antara 25-34 mm. Karena belum pernah dijumpai dalam keadaan hidup, maka masih banyak hal yang belum diketahui tentang serangga ini. Banyak penelitian masih harus dilakukan.
Sejauh ini baru diketahui bahwa serangga ini membunuh mangsa dengan menyengat. Dengan ukuran jantan yang lebih besar dari betina, ilmuwan menduga bahwa pejantan memegang si betina selama kawin.
---------------------------
Berita lain:
- LIPI "Kecolongan"
- Spesimen Tawon Garuda Harus Kembali ke Indonesia
- Inilah Monster "Garuda" dari Sulawesi
- Menilik Perbedaan TOEFL dan IELTS
- Hadapi Tes TOEFL Perlu Taktik dan Strategi
- A-Z Tes TOEFL Berbasis Internet
- Yang Perlu Diketahui tentang IELTS
- "Technopreneur" Langka di Indonesia
- Mikroba Untuk Antiosteoporosis
- Peneliti Asing Incar Lautan
- Tradisi Lisan Bisa Jadi Mediasi Konflik
- Tradisi Lisan Jadi Bahan Ajar
- Angklung Warisan Dunia
- Bahasa Asing di RSBI Tidak Efektif
- Tangani Lingkungan Dengan "Ecoregion"
- Bahasa Asing Jangan Jadi Bahasa Pengantar
- Harus Bangga Gunakan Bahasa Indonesia
- Indonesia Pusat Peradaban Dunia
- Vertebrata Dunia Terancam Punah
- Lemah Koordinasi Lembaga Riset
- Temulawak Dipatenkan Asing