Mikroba Untuk Antiosteoporosis

Kerja Sama LIPI dengan Institusi Riset Jepang

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan mikroba Actinomycetes sebagai bahan antiosteoporosis, yaitu untuk menghambat pengeroposan tulang. Ini merupakan pengembangan riset yang memadukan temuan inulin dari umbi dahlia dan Actinomycetes sebagai bahan baru untuk antibiotik.

"Mikroba merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang memiliki manfaat, tetapi selama ini belum banyak terungkap," kata peniliti senior Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Puspita Lisdiyanti, dalam "Diseminasi dan Workshop Hasil Kerja Sama Penelitian LIPI-Institusi Riset di Jepang", Rabu (15/6) di Jakarta.

Mikroba Actinomycetes diperoleh dari dalam tanah dan seresah di beberapa lokasi kebun raya yang dikelola LIPI, yang menjadi bagian riset Puspita sejak tahun 2003. Ia meneliti terutama jenis mikroba yang diisolasi dari Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Bali.

"Penelitian Actinomycetes lebih lanjut sampai tahap eksplorasi melibatkan perusahaan asal Jepang. Namun, sekarang ada pengembangan untuk antiosteoporosis oleh Tim Peneliti dari Pusat Penelitian Kimia LIPI," kata Puspita.

Salah satu anggota tim peneliti Actinomycetes untuk antiosteoporosis, Thelma Agustina Budiwati, mengatakan mikroba itu ternyata memiliki peran penting dalam proses fermentasi substrat inulin yang berkhasiat meningkatkan penyerapan kalsium bagi tulang. Inulin merupakan serat pangan prebiotik yang baru-baru ini dikembangkan LIPI dari bahan baku umbi dahlia.

"Mikroba Actinomycetes berperan di dalam fermentasi substrat inulin untuk menghasilkan enzim difruktose (DFA III) sebagai antiosteoporosis," kata Thelma, peneliti Bidang Bahan Alam pangan dan Farmasi Pusat Penelitian Kimia LIPI.

Hasil penelitian mikroba Actinomycetes untuk antibiotik maupun antiosteoporosis mempunyai potensi komersial yang sangat tinggi. Namun, seperti hasil penelitian lain, ternyata tidak mudah bagi industri dalam negeri untuk mengaplikasikan hasil-hasil riset LIPI ini.

Dominasi Jepang

Diseminasi dan Workshop Hasil Kerja Sama Penelitian LIPI - Institusi Riset di Jepang merupakan kegiatan pemaparan hasil-hasil riset LIPI yang bekerja sama dengan beberapa lembaga di Jepang yang bergerak di bidang riset, antara lain National Institute of Technology and Evaluation (NITE), Japan Society for the Promotion of Science (JSPS), Universitas Kyoto, Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), dan lain-lain.

"Kerja sama riset LIPI selama ini didominasi dengan Jepang," kata Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Iptek LIPI Bogie Soedjatmiko.

Bogie mengatakan, setiap tahun setidaknya LIPI menjalin kerja sama dengan 10 - 15 lembaga riset asing. Hasil kerja sama itu diharapkan bisa menguntungkan kedua belah pihak.

Peneliti senior pada Pusat Penelitian Geoteknologi, Hery Harjono, dalam paparan Kolaborasi Riset LIPI dengan Jepang di Bidang Gempa Bumi, Tsunami, dan Kegunungapian, mengatakan, peristiwa gempa bumi dan tsunami yang melanda Sendai, Jepang, baru-baru ini memberikan berbagai pelajaran berharga. Kesiapsiagaan masyarakat yang tepat menunjang pengurangan dampak risiko bencana alam.

"Saya mendatangi sebuah sekolah dasar berjarak 700 meter dari pantai Sendai dengan semua murid dan pengajar selamat dari gempa dan tsunami. Ini berbeda dengan sebuah sekolah dasar lain yang berjarak 4 kilometer dari bibir pantai Sendai, tetapi semua murid dan pengajar menjadi korban tsunami," kata Hery. Menurut dia, hal itu tak terlepas dari faktor kesiapsiagaan. (NAW).


Sumber : Kompas, 16 Juni 2011, Halaman: 13

-----------------------------------------

Berita Ipteks terkait :
  1. Era Tablet Dimulai
  2. "Technopreneur" Langka di Indonesia
  3. Peneliti Asing Incar Lautan
  4. Tradisi Lisan Bisa Jadi Mediasi Konflik
  5. Tradisi Lisan Jadi Bahan Ajar
  6. Angklung Warisan Dunia
  7. Bahasa Asing di RSBI Tidak Efektif
  8. Tangani Lingkungan Dengan "Ecoregion"
  9. Bahasa Asing Jangan Jadi Bahasa Pengantar
  10. Harus Bangga Gunakan Bahasa Indonesia
  11. Indonesia Pusat Peradaban Dunia
  12. Vertebrata Dunia Terancam Punah
  13. Lemah Koordinasi Lembaga Riset
  14. Temulawak Dipatenkan Asing