Peneliti Asing Incar Lautan

Potensi Samudra Hindia Menjadi Prioritas Utama

Peneliti asing banyak yang mengincar Samudra Hindia yang diperkirakan memendam kandungan mineral serta minyak dan gas yang sangat kaya. Untuk itu, Australia dan India akan melakukan survei kelautan di kawasan tersebut bekerja sama dengan Indonesia.

"Dalam kerja sama itu, India memberikan pelatihan bagi tenaga ahli Indonesia dalam bidang riset kelautan," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam diskusi yang diadakan Dewan Kelautan Indonesia di Jakarta, Rabu (15/6).

Diskusi ini merupakan salah satu kegiatan yang diadakan untuk memperingati World Oceans Day (WOD) pada 8 Juni lalu. Tema peringatan tahun ini adalah "Our Oceans: Greening Our Future" (Lautan Kita, Melestarikan Masa Depan Kita).

Untuk melakukan penelitian dan pemanfaatan sumber daya kelautan di Samudra Hindia, kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang juga Ketua Pelaksana WOD 2011 dalam pidato pengarahannya, Australia dan India mengajak 13 negara di kawasan Samudra Hindia, termasuk Indonesia mengadakan pembahasan untuk menyusun rencana kegiatannya.

Terkait dengan sumber mineral di Samudra Hindia, Asutralia mengincar daerah Masela di dekat perbatasan dengan Indonesia.

Survei Kelautan

Dalam penelitian terdahulu di Samudra Hindia, ditemukan endapan mineral dan gas hidrat. Survei kelautan yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Bundesanstalt fur Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) Jerman pada tahun 1998 dan 2004 menemukan sumber gas metana atau hidrokarbon di kawasan itu.

Menurut Yusuf Surachman, pakar geologi dari BPPT yang kini menjadi Deputi Infrastruktur Data Spasial Badan koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), sumber gas metana ditemukan di dasar laut yang terbentang dari barat Bengkulu hingga selatan Jawa Barat sepanjang 450 kilometer.

Sumber gas itu berada di kedalaman 500 meter dari dasar laut atau 2.500 meter dari permukaan laut. Kandungan gas metana di zona tersebut lebih besar dari pada yang ditemukan di perairan Sulawesi Utara pada tahun 1994 yang mencapai 0,23 triliun kaki kubik.

Selain itu, survei lanjutan BPPT bersama Jerman pada tahun 2004 menemukan potensi hidrokarbon - termasuk metana - dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut Pulau Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam. "Potensi ini diperkirakan tersebsar di dunia untuk saat ini. Keberadaan hidrokarbon itu berasosiasi dengan minyak bumi dan gas," kata Yusuf. Selain di perairan NAD, sumber hidrokarbon juga ditemukan di perairan Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sementara potensi kelautan di Samudra Hindia masih tahap survei, Amerika Serikat kini telah sampai tahap eksploitasi di Samudra Pasifik. "Mineral yang ditambang itu antara lain digunakan sebagai bahan baku pembuatan pesawat ulang-alik," kata Purnomo (YUN).


Sumber : Kompas, 16 Juni 2011. Halaman-12

-----------------------------------------

Berita Ipteks terkait:
  1. Era Tablet Dimulai
  2. "Technopreneur" Langka di Indonesia
  3. Mikroba Untuk Antiosteoporosis
  4. Tradisi Lisan Bisa Jadi Mediasi Konflik
  5. Tradisi Lisan Jadi Bahan Ajar
  6. Angklung Warisan Dunia
  7. Bahasa Asing di RSBI Tidak Efektif
  8. Tangani Lingkungan Dengan "Ecoregion"
  9. Bahasa Asing Jangan Jadi Bahasa Pengantar
  10. Harus Bangga Gunakan Bahasa Indonesia
  11. Indonesia Pusat Peradaban Dunia
  12. Vertebrata Dunia Terancam Punah
  13. Lemah Koordinasi Lembaga Riset
  14. Temulawak Dipatenkan Asing